Rabu, 10 Agustus 2016

Budaya KUTAI Budaya, Makanan dan Ciri Khas

Budaya Kutai Timur

 ASAL USUL NAMA SANGATTA
Dalam sejarah masyarakat Kutai Timur tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sejarah perkembangan Kerajaan Kutai Kartanegara, Berdasarkan tradisi lisan masyarakat, istilah Sangatta pernah disebut dalam cerita Aji Pao, Aji Pao adalah bangsawan Kutai yang berasal dari suku  Bugis dan mendapat gelar kehormat “Aji” dari Sultan Kutai. Selain mendapat gelar juga mendapatkan wilayah yang dapat dipergunakan untuk lahan pertanian, perburuan, dan sekaligus tempat permukiman beserta pengikutnya.
Menurut legenda, Aji Pao memiliki etos kerja yang tinggi dan pantang menyerah, tokoh yang berwawasan luas dan berkeinginan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang didasari asas kekeluargaan, kebersamaan dan kegotongroyongan,
Menurut cerita rakyat, dalam perjalanan menuju wilayah yang diberikan oleh Raja Kutai, Aji Pao beserta pengawal dan pengikutnya menemukan aliran sungai yang dihuni oleh makhluk halus yang disebut atau digelari SANG. Ditempat tersebut terdapat tiga makhluk halus atau tiga SANG, yaitu SANG ATTAK sebagai penjaga anak sungai api-api, SANG KIMA yang menjaga anak aliran sungai Sangatta yang bercabang menjadi dua, dan SANG ANTAN yang juga menjaga sungai api-api yang sekarang disebut Sungai Santan.

SENI TARI SUKU DAYAK

 Tari Hudoq
Tari Hudoq boleh dikatakan hampir dimiliki oleh semua suku Dayak yang ada di Kalimantan,  tari tersebut biasanya dilakukan pada saat upacara adat, hiburan, bersih-bersih kampung maupun untuk pengobatan. Khusus di daerah suku  Dayak Wehea di Kutai Timur tari Hudoq ini adalah tarian jin yang selalu dimainkan sebagai bagian dari upacara adat Lom Plai. Masyarakat Wehea meyakini bahwa ketika tari ini dimainkan mereka sedang memanggil jin untuk keluar dari tanah, air dan langit untuk membantu masyarakat Wehea. Mereka percaya dengan menarikan Hudoq akan menyembuhkan mereka yang tengah sakit dan sekaligus merupakan ritual untuk mengundang dewa padi agar memberkati panen yang akan datang sehingga hasilnya akan melimpah. Ketika menari para penari Hudoq menggunakan topeng dan kostum yang terbuat dari daun pohon pisang
Tari Gantar
Tari Gantar menceriterakan tentang orang yang sedang menanam padi, tarian ini menggunakan properti tongkat yang gunanya sebagai penumbuk padi dan sebilah bambu yang berisi kacang-kacangan sehingga apabila digerak-gerakkan akan mengeluarkan bunyi-bunyian yang menggambarkan benih padi. Tarian ini biasanya ditarikan dalam penyambutan tamu maupun acara-acara lainnya
Tari Kancet Papatai
Tari Kancet Papatai ini adalah tarian perang yang menceriterakan tentang seorang ksatria Dayak Kenyah yang berperang melawan musuhnya. Gerakan-gerakan tarian Kancet ini sangat dinamis dan aktraktif terkadang ditimplai oleh pekikan atau teriakan-teriakan sebagai penambah semangat kepada rekan-rekannya. Penari Kancet ini adalah laki-laki dewasa dengan menggunakan kostum suku Dayak dengan berbagai aksesoris, ditambah dengan sebilah parang atau mandau dan perisai, tarian ini diiringi lagu dengan judul Sak Paku
Tari Kancet Ledo
Tari Kancet Ledo merupakan kebalikan dari tari Kancet Papatai, tari ini dilakukan oleh wanita menggambarkan keanggunan dan lemah lembutnya seorang perempuan bagaikan padi yang tertiup oleh angin. Tarian ini menggunakan pakaian suku Dayak Kenyah dengan menggunakan aksesoris bulu ekor burung Enggang yang disematkan di kedua tangannya, keunikan dari tarian ini adalah terkadang menggunakan gong yang besar kemudian salah satu penari menari diatas gong tersebut, sehingga kadang tari ini disebut juga sebagai tari Gong.
Tari Kancet Lasan
Tari Kancet Lasan menceriterakan tentang kehidupan seekor burung Enggang yang diagungkan oleh Suku Dayak Kenyah karena burung Enggang dianggap sebagai lambang keagungan dan kepahlawanan. Tari ini dibawakan secara tunggal oleh Suku Dayak Kenyah yang gerakan dan posisi tarian Kancet Ledo, namun si  penari ini tindak menggunakan bulu burung Enggang dan Gong. Bentuk tarian ini penarinya lebih banyak menggunakan posisi jongkok atau duduk dengan posisi lutut menyentuh lantai. tarian ini lebih menekankan gerak-gerak burung Enggang ketika terbang dan dan hinggap di dahan pohon
Tari Leleng
Tari Leleng ini biasanya ditarikan oleh suku Dayak Kenyah dengan diiringi oleh alat musik Sape’ dan nyanyian dengan judul Leleng, sinopsis Tari Leleng menceriterakan tentang kisah asmara seorang gadis yang bernama Utan Along, namun asmara ini ditentang oleh kedua orang tuanya yang justru ingin anaknya menikah dengan pilihan mereka. Karena merasa tidak mencintai pilihan orangtuanya akhirnya sang gadis melarikan diri masuk ke hutan.

Makanan Khas Kutai Timur

Gence Ruan
Namanya mungkin terdengar asing di telinga kita. Namun, Gence Ruan, menjadi hidangan favorit yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur. Bahan utama dari masakan ini adalah ikan gabus atau yang dikenal dengan ikan haruan.
Ikan gabus utuh tersebut dilumuri dengan garam sebelum dibakar. Setelah dibakar, ikan gabus disiram dengan tumisan bumbu dari rempah – rempah berupa bawang merah, bawang putih, cabe merah, air asam jawa, dan bumbu lainnya.


Ciri Khas

 MANDAU
Merupakan senjata tajam sejenis parang yang berasal dari kebudayaan yang dimiliki oleh semua suku Dayak yang ada di pulau Kalimantan, termasuk suku Dayak yang ada di Malaysia. Mandau sudah merupakan salah satu senjata tradisional khas Indonesia. Mandau suku Dayak memiliki ciri khas yang berbeda dengan senjata tradisional lainnya. Berbeda dengan parang, mandau memiliki ukiran – ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah mandau.
Mandau berasal dari asal kata “Man” salah satu suku di china bagian selatan dan “dao” yang berarti golok dalam bahasa china.
Suku Dayak dengan senjata Mandaunya terkenal kejam dan ahli dalam peperangan, kelompok klan mereka melawan bangsa-bangsa lain yang datang ke pulau kalimantan, termasuk bangsa Melayu dan Bangsa Austronesia, karena seringnya peperangan antar klan dan bangsa-bangsa yang datang ke pulau kalimantan, Pedang mandau menjadi terkenal dengan bilah senjatanya yang tajam dan digunakan untuk memenggal kepala musuh-musuhnya (adat Pengayauan suku Dayak) hingga para bangsa lainnya tidak berani memasuki daerah mereka. Hingga sampai dengan sekarang Mandau menjadi sebutan nama sebuah senjata adat asli Pulau Kalimantan.
KUMPANG
Kumpang adalah sarung bilah mandau. Kumpang terbuat dari kayu, dilapisi tanduk rusa, dan lazimnya dihias dengan ukiran. Pada kumpang mandau diberi tempuser undang, yaitu ikatan yang terbuat dari anyaman uei (rotan). Selain itu pada kumpang terikat pula semacam kantong yang terbuat dari kulit kayu berisi pisau penyerut dan kayu gading yang diyakini dapat menolak binatang buas. Mandau yang tersarungkan dalam kumpang biasanya diikatkan di pinggang dengan jalinan rotan
AMBANG
Ambang adalah sebutan bagi mandau yang terbuat dari besi biasa. Sering dijadikan cinderamata. Orang awam atau orang yang tidak terbiasa melihat atau pun memegang mandau akan sulit untuk membedakan antara mandau dengan ambang karena jika dilihat secara kasat mata memang keduanya hampir sama. Tetapi, keduanya sangatlah berbeda. Namun jika kita melihatnya dengan lebih detail maka akan terlihat perbedaan yang sangat mencolok, yaitu pada mandau terdapat ukiran atau bertatahkan emas, tembaga, atau perak dan mandau lebih kuat serta lentur, karena mandau terbuat dari batu gunung yang mengandung besi dan diolah oleh seorang ahli. Sedangkan ambang hanya terbuat dari besi biasa.

BAHAN BAKU DAN HARGA
Menurut literatur, bahan baku mandau adalah besi. Besi ini bersifat lentur sehingga mudah dibengkokan. Mandau asli harganya dimulai dari Rp. 1 juta rupiah. Mandau asli yang berusia tua dan memiliki besi yang kuat bisa mencapai harga Rp. 20 juta rupiah per bilah. Bahan baku pembuatan mandau biasa dapat juga menggunakan besi per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan dan besi batang lain. Piranti kerja yang digunakan terutama adalah palu, betel, dan sebasang besi runcing guna melubangi mandau untuk hiasan. Juga digunakan penghembus udara bertenaga listrik untuk membarakan nyala limbah kayu ulin yang dipakainya untuk memanasi besi. Kayu ulin dipilih karena mampu menghasilkan panas lebih tinggi dibandingkan kayu lainnya.
Mandau untuk cideramata biasanya bergagang kayu, harganya berkisar Rp. 50.000 hingga Rp. 300.000 tergantung dari besi yang digunakan. Mandau asli mempunyai penyang, penyang adalah kumpulan-kumpulan ilmu suku dayak yang didapat dari hasil bertapa atau petunjuk lelulur yang digunakan untuk berperang. Penyang akan membuat orang yang memegang mandau sakti, kuat dan kebal dalam menghadapi musuh. mandau dan penyang adalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan turun temurun dari leluhur.

sumber http://budayakutim24.blogspot.co.id/2013/05/seni-tari-suku-kutai.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar